Thursday, August 14, 2008

PO Juli-08: Berita tokoh

PEMERINTAH GUNAKAN POLITIK KAMBING HITAM

AKSI protes tentang kenaikan harga BBM yang dilakukan Rakyat bersama Mahasiswa di bulan Juni 2008 berbuntut panjang. Aksi demontrasi yang merupakan bentuk kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah malah disikapi represif yaitu dengan penangkapan-penangkapan aktivis.
Ketua DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, William Yani, berujar bahwa harusnya pemerintah intropeksi diri. Karena aksi yang dilakukan rakyat bersama mahasiswa tersebut adalah akibat dari kurang pedulinya pemerintah terhadap rakyat, bukan malah sebaliknya main tangkap sana-sini alias mengkambing hitamkan aktivis.
Drama politik gaya orde baru muncul kembali, pemerintah yang harusnya bertanggung jawab terhadap kenaikan harga BBM beserta imbasnya terhadap bahan-bahan pokok malah menyalahkan rakyat.
Untungnya sebagian besar angota parlemen di DPR RI yang bergabung bersama barisan oposisi yang dipelopori Fraksi PDI Perjuangan mampu memenangkan untuk menggunakan Hak Angket, artinya DPR RI melalui Pansus Hak Angket berhak untuk menyelidiki secara lebih mendalam tentang kebijakan pemerintah maupun instrumen di dalamnya tentang penyebab kenaikan harga BBM. (Red)

Wednesday, August 13, 2008

PO Mei-08: Hj Megawati Soekarnoputri

Hj Megawati Soekarnoputri

Tetap Tegar Dibawah Tekanan

LAHIR di Yogyakarta, 23 Januari 1947, ditengah suasana yang tidak nyaman, hujan deras, atap rumah yang bocor, guntur menggelegar, kilat menyambar-nyambar dan tanpa listrik. Dengan proses kelahiran yang hanya diterangi oleh lampu minyak tanah. Rupanya suasana saat kelahirannya menjadi semacam pertanda untuk perjalanan hidupnya kemudian.

Terlahir dengan nama, Diah Permata Setiawati Soekarnoputri sebagai anak kedua sang Proklamator Presiden RI, Soekarno. Dikemudian hari dikenal dengan nama Megawati Soekarnoputri atau akrab dipanggil Mbak Mega oleh para sahabatnya dan Bu Mega oleh para pendukungnya.

Memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Kemudian melanjutkan sekolah tingginya di Universitas Padjadjaran dan Institut Pertanian Bogor (IPB) 1965-1967 serta Universitas Indonesia (UI) 1970-1972. Untuk perjalanannya di dunia pendidikan tinggi ini, sungguh memiliki cerita menarik sekaligus ironi. Pasca lengsernya Presiden Soekarno, khususnya setelah peristiwa G30S 1965 yang penuh kontroversi, semua pengikut Bung Karno dan keluarganya mengalami penyingkiran di semua sendi kehidupan, termasuk yang dialami putri Bung Karno ini, di dunia pendidikan tinggi.

Awalnya mendaftar di 2 perguruan tinggi, yaitu Universitas Padjadjaran dan Institut Pertanian Bogor, alhasil di kedua tempat tersebut lulus alias diterima. Karena Universitas Padjadjaran melakukan pengumuman terlebih dahulu, maka di pilihlah Universitas Padjadjaran sebagai tempat kuliahnya. Sedangkan pada pengumuman berikutnya di Institut Pertanian Bogor ternyata juga lulus alias diterima, tetapi akhirnya tidak dilanjutkan. Bertepatan dengan pasca G30S 1965, mulailah mendapat tekanan-tekanan, apalagi dengan memilih untuk tetap aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Ormas Mahasiswa onderbouw PNI yang dikenal sebagai pendukung setia Bung Karno.

Akhirnya di tahun 1967, keluarlah keputusan pimpinan Universitas Padjadjaran untuk mengeluarkan Mbak Mega, sebagai mahasiswi di Universitas tersebut. Selang beberapa tahun kemudian, di tahun 1970 mendaftar di Universitas Indonesia, hasilnya lulus diterima. Tetapi lagi-lagi akibat tekanan rejim Orde Baru Soeharto, di Tahun 1972, Megawati pun dikeluarkan dari Universitas Indonesia. “Saya juga saat itu bukan tidak bisa menyelesaikan kuliah karena drop out atau tidak mampu, tetapi karena waktu itu tidak diperbolehkan untuk menyelesaikan sekolah” ujarnya.

Tidak berhenti di situ saja, ia dan keluarganya hidup dalam kondisi yang tertekan dan penuh cobaan. Saat mengandung anak kedua dari mendiang suami yang terdahulu, Lettu (Penerbang) Surindro Suprajarso. Terbetik kabar, sang suami hilang dalam kecelakaan pesawat Skyvan T-701 yang dipilotinya jatuh di Biak, Irian Jaya tahun 1970, dan beberapa waktu kemudian barulah di dapat kepastian kabar dari Angkatan Udara, bahwa Surindro suaminya, telah gugur dalam musibah jatuhnya pesawat itu. Lama kemudian, beliau menikah dengan Taufik Kiemas, seorang aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) asal Palembang.

Lika-liku itulah yang mengiringi Mbak Mega dalam mengarungi kehidupannya hingga mencapai puncak perjalanan politiknya sebagai Presiden RI tahun 2001-2004. Khususnya pada saat memulai kiprah politiknya di Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di tahun 1987. Berawal menjadi pengurus DPC PDI Jakarta Pusat, kemudian menjadi Caleg PDI 1987, Anggota DPR/MPR 1987-1992, sampai akhirnya menjadi Ketua Umum PDI 1993, diteruskan menjadi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan 1998 sampai kini. (Red)

PO Juni-08: Istilah-Massa aksi dan garis massa

ISTILAH

Massa Aksi dan Garis Massa


DALAM berbagai kutipan pemikirannya, Bung Karno selalu mengingatkan kepada setiap kader pejuang bahwa dalam menyusun kekuatan untuk memenangkan perjuangan, yang dibutuhkan adalah Massa Aksi BUKAN Aksi Massa. Artinya perjuangan melawan penjajahan yang menindas dan menghisap hanya dapat dilakukan oleh barisan massa rakyat yang berkesadaran secara politik.

Sedangkan Aksi Massa hanyalah sesuatu tindakan massa rakyat yang belum memiliki kesadaran politik dalam bertindak. Karena hakekatnya Massa Aksi bukanlah saja suatu pergerakan yang berbondong-bondong hura-hura ataupun gagah-gagahan. Tetapi massa aksi lebih menekankan terbangunnya kesadaran massa revolusioner sehingga tindakannya menjadi progresif maju ke depan serta memiliki kedisiplinan berjuang dalam membumikan cita-cita ideologi.

Prinsip garis massa adalah prinsip yang mengatur agar organisasi tidak jatuh pada komandoisme atau kecenderungan untuk bergerak jauh meninggalkan kesadaran politik obyektif massa rakyat. Sehingga organisasi hanya bergerak berdasarkan pikiran-pikiran subyektifnya/sepihak saja yang jauh diatas kondisi massa rakyat.

Massa rakyat adalah tulang punggung dalam perjuangan partai, massa rakyatlah bersama partai yang akan bergerak untuk merebut kekuasaan dan masa depannya untuk kepentingan massa rakyat juga.

Dalam pelaksanaannya setiap kader harus hidup ditengah massa rakyat, mendengar pandangan-pandangan rakyat, kemudian menyimpulkan serta melaporkan pada organ partai diatasnya. Organ partai diatasnya kemudian mempelajari dan memutuskan langkah dan gerak yang harus diambil. (Red)

Saatnya memilih!!!

Segera pastikan diri kita terdaftar sebagai pemilih dalam PEMILU 2009.
Cek dan periksa di RT/RW/PPS masing-masing...

"Hanya dengan memilih kita dapat menentukan arah kemenangan Pemilu 2009."

*** AYO... AYO... AYO...

MENDAFTAR ULANG DAN MEMBUAT BARU KTA PDI-PERJUANGAN
"Dengan memiliki KTA PDI Perjuangan, kita telah memastikan Perjuangan."

Monday, August 11, 2008

MEMIMPIN ORGANISASI PARTAI
Oleh : Dwi Wijayanto Rio S

Kepemimpinan muncul bersama-sama adanya peradaban manusia, yaitu sejak nenek moyang manusia berkumpul bersama, bekerja bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya menantang kebuasan binatang dan alam sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antar manusia dan ada unsur kepemimpinan. Ringkasnya dapat dinyatakan bahwa pemimpin dan kepemimpinan itu dimanapun juga dan kapanpun juga selalu diperlukan, khususnya pada zaman modern sekarang ini dan di masa-masa mendatang

Dalam beberapa cabang ilmu manajemen dikenal istilah kepemimpinan dalam sebuah organisasi, sedangkan dalam beberapa pengetahuan juga dapat dikenal istilah tentang manajemen organisasi, begitu juga tentang definisi organisasi beserta jenis-jenisnya. Ada baiknya memulai dalam pengertian kepemimpinan dan organisasi termasuk bentuk-bentuknya. Menurut Howard W Hoyt kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Kartini Kartono, jenis-jenis kepemimpinan terdiri dari tipe kharismatis, paternalistis, militeristis, otokratis, populistis, administratif dan demokratis. Selanjutnya menurut Eliana Sari, manajemen organisasi dalam pengertian sumber daya manusia adalah pelaksanaan fungsi-fungsi dari perencanaan, kepemimpinan, pengorganisasian dan pengontrolan/ evaluasi.

Dalam konteks organisasi partai seperti PDI Perjuangan, maka dapat dilihat dari sifat dan karakternya, terutama identitasnya sebagai organisasi sosial politik. Ini berbeda jika dibandingkan dengan organisasi lainnya seperti organisasi perusahaan yang berorientasi laba (profit oriented) maupun organisasi sosial lainnya yang non politik. Namun demikian prinsip organisasinya tetap sama yaitu pengelolaan orang perorang untuk mencapai tujuan bersama-sama. Sebagaimana diketahui bahwa PDI Perjuangan sebagai organisasi politik yang patriotis dan progresif kerakyatan memiliki tujuan perjuangan yang bersifat umum (AD PDI Perjuangan, Pasal 6) yaitu mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan membangun masyarakat Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokratis, adil dan makmur. Serta dalam tujuan khususnya (AD PDI Perjuangan, Pasal 7) yaitu menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat, memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang ekonomi, sosial dan budaya secara demokratis dan berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia.


Sehingga demikian pengaturan kegiatan kepemimpinan di dalam organisasi partai yang patriotis dan progresif kerakyatan seperti di PDI Perjuangan harus disesuaikan dengan tujuan-tujuan perjuangannya, yaitu pertama, membangun sistem kepemimpinan yang tidak bertentangan dengan peraturan partai dalam menjalankan aktivitas perjuangannya, kedua, dalam mengorganisir program-program partai haruslah mampu memiliki muatan pendidikan politik ideologisnya, baik bagi pelaku dari internal partai maupun dampaknya untuk kalangan eksternalnya, jangan sampai terjebak pada persoalan-persoalan tekhnis yang tidak prinsip/substansial, meskipun hal tekhnis merupakan salah satu bagian penunjang, ketiga, sistem perencanaan, pelaksanaan maupun pengontrolan program kegiatan partai harus terkendali secara ketat , detail dan terukur, karena ini menyangkut proses dan hasil yang dilahirkan, jangan pernah sekali-kali memberikan toleransi yang tidak perlu apalagi membiarkan terhadap pelanggaran-pelanggaran fungsionaris. Keempat, kepemimpinan politik yang maju adalah kepemimpinan yang dapat melahirkan tingakat keyakinan atau militansi kader yang membaja, oleh karena itu jajaran fungsionaris ataupun kader partai harus di dorong supaya dapat melebur dengan persoalan-persoalan yang ada di dalam massa rakyat sehingga cita-cita partai dapat dibuktikan sebagai jalan perjuangan, jangan sampai cita-cita perjuangan berhenti pada slogan-slogan saja, lama-lama massa rakyat akan meninggalkan partai, karena teorinya kalau rakyat tidak memilih partai kita maka yang disalahkan adalah bukan rakyatnya, tetapi program partainya yang harus dibenahi serta diperbaiki, kelima, harus jelas pemilahan kapan proses kepemimpinan harus berjalan secara garis instruktif sentralistik dan kapan harus dijalankan melalui mekanisme yang demokratis, jika kita akan menerjemahkan ideologi partai serta kesatuan aksi politik secara keseluruhan yang bersifat strategis maka harus dengan jalan garis yang instruktif sentralistik, sedangkan jika mengelola program di tingkat operasional yang bersifat taktis serta evaluasi program maka jalan demokratislah yang dapat dijalankan

Menurut sudisman, kepemimpinan memiliki moral perjuangannya yang tertuang dalam norma-norma yaitu, 1) Bersikap jujur, 2) Bersatu; 3) Berdisiplin; 4) Bersetia-kawan; dan 5) Berkorban dengan melaksanakan ”tiga satu”, yaitu satu pikiran, satu hati, dan satu tujuan. Satu pikiran ialah pikiran nilai perjuangan, satu hati ialah hati keyakinan perjuangan, dan satu tujuan ialah perjuangan perubahan fundamental nasib rakyat, dari hidup tertindas menjadi hidup merdeka, dan dari ”serba salah” menjadi ”serba benar”. Dengan landasan “tiga satu” itulah kepemimpinan politik perjuangan berusaha keras dalam menjalankan tugas, dengan bersemboyan berdasarkan pepatah Inggris “be mindful of your task, and do it right, for a task is noble”. (curahkan penuh pikiran kepada tugasmu dan laksanakanlah dengan baik, sebab tugas adalah suci). Dengan”tiga-satu” itulah kepemimpinan politik perjuangan di dalam partai seperti PDI Perjuangan melangkah dengan satu tekad memenangkan cita-cita perjuangan.

Penulis :
• Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kodya Jakarta Timur
• Wakil Kepala Bid. Kurikulum, Metode & Pengajaran Badiklatcab
• Divisi Agitasi & Propaganda Front Perjuangan Rakyat (FPR)

Buletin Panji Oposisi



BULETIN PANJI OPOSISI
MEDIA INFORMASI PERJUANGAN


Diterbitkan oleh
DPC PDI Perjuangan
Jakarta Timur

Penanggung Jawab
Ketua DPC PDI Perjuangan
Jakarta Timur

Pengarah/ Penasehat
Adang Ruchiatna; Daryatmo Mardiyanto;
Effendi Simbolon; Sukarjo W; Eri Sotarduga;
Dhia Prekhasa Yudha; H Moch Nakum AR;
WA William Yani SH

Pimpinan Umum/ Redaksi
Dwi Wijanto Rio S

Wakil Pembantu Umum
Frans Yusuf Luhukay

Wakil Pembantu Redaksi
PM Karel Sibarani

Dewan Redaksi
PM Karel Sibarani; Frans Yusuf Luhukay;
Darman Ginting; Sulyo; Agnes Leiwakabessy;
Tatang Rusfandi; Eka Agus Riyanti;
Jamaludin; Heri Nuswantoro; Risman Sudoko;

Staff Redaksi
Agus junarso; Daulat Sihombing;
Aryo Sanjaya; Bruri Haryanto;
Rosmaida Tampubolon; Royke Robbin Pangalila;
Agus Wibowo; Warsito; Lyden Juniman;
Supriyanto; Partoyo; Zulfikar;
Samuel H sarjana

Sirkulasi & Distribusi
PAC PDI Perjuangan; PR PDI Perjuangan; Kader; Anggota

Keuangan;
Risman Sudoko;
Eka Agus Riyanti
Agnes l
Netty Ar

Pengarsipan;
Bahrudin, Netty Ar Sumiyati
Noviana

Alamat Redaksi
Jl. H Naman 3(Transito)
Pondok Kelapa
Jakarta Timur 13450
Telp/fax 021-86904082
E-mail: dpcpdiperjuangan_jt@yahoo.com